Mengajarkan Toleransi pada Anak

Indonesia adalah bangsa yang beragam. Kita punya berbagai tradisi dan budaya. Saat memproklamasikan Indonesia, para pejuang kita telah berikrar untuk mempertahankan keragaman ini. Begitu juga halnya dengan keagamaan. Indonesia didirikan atas dasar toleransi terhadap perbedaan perbedaan kepercayaan. Perbedaan atau keragaman inilah yang memperkaya budaya kita.

Karena itu, sejak kecil, anak-anak banyak berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda etnis, agama, dan latar belakang budaya. Contohnya di sekolah. Murid yang beragam, mencerminkan komunitas tempat kita tinggal dan bekerja.

Dunia yang Penuh Keragaman

Sebagian orangtua menyambut baik kenyataan bahwa kita hidup dalam masyarakat yang beragam. Sebagian lain mungkin merasa ragu, terutama kalau mereka tidak banyak bertemu dengan orang-orang yang berbeda dengan diri mereka sendiri. Banyak anak yang justru lebih banyak bertemu dengan orang yang berbeda budaya, dibanding orangtua mereka.

Tetap saja, orangtua harus membantu anak-anak mereka mempersiapkan diri untuk tinggal, belajar, dan bekerja di komunitas yang beragam. Mengajarkan toleransi penting bukan cuma karena ini bagian dari tradisi, tapi karena orang yang belajar untuk jadi lebih terbuka terhadap perbedaan akan mendapat lebih banyak kesempatan dalam pendidikan, usaha, dan banyak aspek lain dalam kehidupan.

Singkatnya, kesuksesan anak-anak kita tergantung pada keterbukaan ini. Kesuksesan di masa kini dan masa yang akan datang tergantung pada kemampuan untuk memahami, menghargai, dan bekerja sama dengan orang lain.

Tentang Toleransi

Toleransi mengacu pada sikap terbuka dan menghargai perbedaan antarmanusia. Walaupun awalnya dipakai untuk merujuk pada perbedaan etnis dan agama, konsep keragaman dan toleransi juga bisa diterapkan pada gender, orang-orang dengan disabilitas fisik dan intelektual, juga perbedaan-perbedaan lain.

Toleransi artinya menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, menemukan dasar kesamaan, dan menciptakan ikatan-ikatan baru. Toleransi, dalam banyak hal, adalah kebalikan dari prasangka.

Tapi apakah toleransi berarti bahwa semua perilaku harus diterima? Tentu saja tidak. Perilaku yang tidak menghormati atau menyakiti orang lain seperti sikap kejam atau perundungan (bullying), atau perilaku yang melanggar aturan sosial seperti berbohong atau mencuri, tidak seharusnya ditolerir. Toleransi adalah tentang menerima orang apa adanya, bukan tentang menerima perilaku buruk. Toleransi juga berarti memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

Bagaimana Toleransi Diajarkan

Sebagaimana semua sikap, toleransi seringnya diajarkan dengan cara yang halus. Bahkan sebelum mereka bisa bicara, anak-anak mengamati dengan saksama dan meniru orangtua mereka. Anak-anak mengembangkan nilai-nilai mereka sendiri, sebagian besar dengan cara meniru nilai dan sikap orang-orang yang mereka sayangi.

Banyak orangtua yang tinggal dan bekerja dalam komunitas yang beragam, dan memiliki teman-teman yang berbeda dalam banyak hal. Sikap orangtua dalam menghormati orang lain seringkali merupakan bagian dari diri mereka, sehingga jarang sekali dipikirkan. Sikap ini mereka ajarkan, sesederhana dengan menjadi diri sendiri dan menjalankan nilai-nilai mereka sendiri. Orangtua yang menunjukkan toleransi dalam kehidupan sehari-harinya, mengirim pesan yang kuat sehingga anak-anak mereka juga belajar menghargai perbedaan.

Tentu saja, menghargai perbedaan orang lain tidak berarti melupakan warisan budaya sendiri. Tiap keluarga mungkin punya tradisi budaya dan agama sendiri yang sudah berlangsung lama dan dibanggakan. Kita bisa menemukan cara untuk menghargai perbedaan orang lain sambil terus menghormati dan mewariskan tradisi kita sendiri.

Bagaimana Orang Tua Bisa Mengajarkan Toleransi?

Orangtua bisa mengajarkan toleransi dengan memberi contoh, atau juga dengan cara lain. Mengobrol tentang toleransi dan rasa hormat membantu anak-anak belajar lebih banyak tentang nilai-nilai yang kita inginkan untuk mereka pegang. Penting juga untuk memberi mereka kesempatan bermain dan bekerja sama dengan orang lain. Ini memungkinkan anak-anak belajar secara langsung bahwa setiap orang punya sesuatu untuk dikontribusikan, dan mengalami langsung perbedaan dan persamaan.

Hal-hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak-anak belajar toleransi termasuk:

  • Perhatikan sikap kita sendiri. Jadilah lebih peka terhadap stereotip budaya yang mungkin sudah kita pelajari dan berusahalah untuk memperbaikinya. Tunjukkan rasa hormat pada orang lain.
  • Ingatlah bahwa anak-anak selalu mendengarkan. Sadari cara kita bicara tentang orang-orang yang berbeda dengan diri kita. Jangan membuat lelucon yang melanggengkan stereotip. Walaupun beberapa di antaranya mungkin kelihatan tidak berbahaya, tapi sebenarnya merusak sikap toleransi dan respek terhadap orang lain.
  • Pilih buku, mainan, musik, seni, dan video dengan teliti. Ingat pengaruh kuat media dan budaya pop dalam membentuk sikap.
  • Tunjukkan dan bicarakan stereotip yang tidak adil yang mungkin digambarkan di media.
  • Jawablah pertanyaan anak-anak tentang perbedaan dengan jujur dan sopan. Ini mengajarkan bahwa melihat dan mendiskusikan perbedaan itu tidak apa-apa, selama dilakukan dengan sopan.
  • Akui dan hargai perbedaan dalam keluarga sendiri. Tunjukkan sikap menerima kemampuan, minat, dan gaya yang berbeda dari anak-anak kita. Hargai keunikan masing-masing anggota keluarga.
  • Ingat bahwa toleransi tidak berarti menolerir perilaku yang tidak bisa diterima. Toleransi artinya setiap orang pantas diperlakukan dengan hormat, dan seharusnya memperlakukan orang lain dengan hormat juga.
  • Bantu anak-anak merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Anak-anak yang merasa tidak nyaman dengan diri mereka sering memperlakukan orang lain dengan buruk. Anak-anak dengan harga diri kuat akan menghargai diri sendiri dan cenderung memperlakukan orang lain dengan hormat juga. Bantulah anak-anak untuk merasa diterima, dihormati, dan dihargai.
  • Beri anak kesempatan untuk bekerja sama dan bermain dengan orang lain yang berbeda dari mereka. Ketika memilih sekolah atau fasilitas penitipan anak, carilah yang populasinya beragam.
  • Belajarlah bersama tentang perayaan hari besar dan keagamaan yang bukan bagian dari tradisi kita sendiri.
  • Hormatilah tradisi keluarga kita, dan ajarkan kepada anak-anak dan kepada orang lain di luar keluarga kita yang ingin belajar tentang keragaman.

Ketika orangtua mendorong sikap toleran pada anak mereka, membicarakan nilai-nilai mereka, dan menjadi contoh memperlakukan orang lain dengan baik, anak-anak akan mengikuti jejak mereka.

--

Diterjemahkan dari kidshealth.org. Konteks mungkin disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Bagikan referensi ini