Toleransi Diajarkan Kucing Kecil Bernama Kitu
Isu toleransi menjadi sangat penting belakangan ini, apalagi sosial media semakin masif masuk dalam ranah anak-anak, yang menyebabkan perilaku negatif kerap kali ditiru anak-anak. Paling tidak hal tersebut yang menjadi perhatian penulis buku ‘Kitu, Kucing Kecil Bersuara Ganjil’, Sekar Sosronegoro.
Buku dengan format paperback 32 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Buah Hati ini bercerita tentang Kitu, seekor kucing kecil yang baru pindah rumah. Menyadari bahwa dirinya tidak sama dengan kucing-kucing tetangga, Kitu yang semula percaya diri mulai berusaha meniru penampilan kucing-kucing lain, sebelum akhirnya sadar bahwa setiap kucing memang terlahir berbeda.
Buku Kitu Kucing Kecil Bersuara Ganjil
Peluncuran buku yang berlangsung beberapa waktu lalu di @america, Pasific Place, Jakarta, ini juga mengundang beberapa tokoh untuk berdiskusi mengenai toleransi terutama dalam ranah anak-anak dengan tema “Our Children and Tolerance”. Dira Sugandi, Nia Dinata, Suzy Utomo (chairwoman The Bodyshop Indonesia) dan Najelaa Shihab (psikolog) hadir dalam diskusi ini.
Secara sederhana, Sekar mengungkapkan lewat buku ini ia ingin membantu mengenalkan konsep perbedaan dan keragaman kepada anak-anak sejak usia muda. “Menurut saya, anak-anak yang terbuka terhadap perbedaan lebih memiliki kompetensi sosial juga keterampilan yang sangat berguna mengingat kita hidup dalam masyarakat yang beragam, “ ujar Sekar.
Dira Sugandi juga menceritakan pengalamannya. Ia bercerita tentang seorang sahabat yang memiliki padangan berbeda dalam satu hal, kemudian sahabatnya ini memilih untuk menjauhi Dira. “Jujur saya sedih sekali, karena dia sahabat saya, sampai saya membuat sebuah lagu yang berjudul Pelangi, lagu yang menceritakan tentang kisah ini. Karena itu kehadiran buku ini sangat penting, karna menghadirkan toleransi bisa dalam berbagai bentuk, termasuk buku,” ujar ibu satu anak ini.
Suasana Diskusi dan Peluncuran Buku Kitu
Lain lagi cerita Nia Dinata, yang sudah lama berkecimpung dalam industri film. Dia kerap kali menemukan beberapa pertanyaan yang menggangu perihal film yang ia suguhkan. “Ada satu judul film saya yang bercerita tentang kisah percintaan dua orang dengan etnis berbeda. Setiap saya workshop dan memutarkan film-film saya di kalangan mahasiswa, selalu ada yang bertanya ‘Memang agama mereka apa?, hal ini cukup membuat saya kaget karena ternyata inti yang mereka dapat dari film saya malah soal agama,” paparnya.
Hal senada juga diungkapkan Suzy Hutomo. “Di era digital, arus informasi menjadi sangat deras dan bebas, hal ini membuat toleransi menjadi krusial dan memiliki tantangan baru. Saya dan The Body Shop® menyambut baik serta mendukung hadirnya buku ini,” ujar Suzy.
The Body Shop melihat toleransi sebagai spirit dari Defend Human Rights, yang merupakan salah satu value yang dibawa oleh Anita Roddick, pendiri The Body Shop, dalam menjalankan bisnisnya. Suzy melanjutkan, “Sebagai seorang ibu, saya bersama suami menanamkan toleransi sebagai salah satu nilai utama yang diterapkan kepada anak-anak karena mereka hidup di era keberagaman yang sangat tinggi, borderless, dan membutuhkan toleransi sebagai nilai dasar dalam menjalani kehidupan sebagai warga dunia.”
Sekar Sosronegoro Penggagas dan Penulis Buku Kitu
Dalam proses pembuatan buku ini, Sekar mengajak Mira Tulaar sebagai ilustrator dan Siti Nur Andini selaku editor dan buku ini pun dikerjakan secara berjauhan: Sekar di Los Angeles, Mira di Bali dan Andini di Jakarta. Lewat cerita yang ringan dan relevan dengan dunia anak, Sekar berhadap buku ini bisa menjadi alat untuk orangtua memulai percakapan mengenai perbedaan dan keberagaman dengan si kecil. Buku ini dapat dibeli mulai 20 Juli di Gramedia, Gunung Agung, TMbookstore, Togamas, tokobaca.com, bukukita.com, dan Tokopedia. (*)
Sumber: www.tembi.net