Mengajarkan Toleransi pada Anak Lewat Buku
JAKARTA, KOMPAS.com - Kitu adalah seekor kucing kecil yang baru pindah rumah. Di lingkungan barunya, ia menyadari bahwa dirinya tidak sama dengan kucing-kucing tetangga. Kitu yang semula percaya diri mulai berusaha meniru penampilan kucing-kucing lain, sebelum akhirnya sadar bahwa setiap kucing memang terlahir berbeda.
Cerita tentang Kitu adalah sepenggal kisah dari buku "Kitu, Kucing Kecil Bersuara Ganjil" yang digagas untuk menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini pada anak-anak.
Tema toleransi untuk kalangan anak-anak memang boleh dibilang masih langka di jagat literasi Indonesia. Padahal, semangat dan perilaku toleran tidak saja penting disuarakan untuk orang dewasa dan remaja, dan pengenalan sikap toleransi justru harus dimulai sejak masih kecil.
Karena itulah Sekar Sosronegoro, penulis buku Kitu, tergerak untuk menggagas seni buku toleransi yang bisa dengan mudah diterima anak.
"Perilaku intoleran yang mungkin dilihat atau didengar oleh anak dari hari ke hari membuat toleransi menjadi hal krusial yang perlu diajarkan kepada mereka," kata Sekar di @Amerika Pacific Place, Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Peluncuran buku toleransi Kitu (KOMPAS.com/Iwan Supriatna)
Mengenai perannya dalam seri buku ini, Sekar bukan saja penggagas, namun juga bertindak sebagai penulis. Dalam prosesnya, ia mengajak Mira Tulaar sebagal ilustrator dan Siti Nur Andini selaku editor. Menariknya, buku ini dikerjakan secara berjauhan, Sekar di Los Angeles, Mira di Bali dan Andini di Jakarta.
Lewat buku pertamanya, Sekar ingin membantu mengenalkan konsep perbedaan dan keragaman pada anak-anak sejak usia muda karena anak yang terbuka terhadap perbedaan lebih memiliki kompetensi sosial dalam masyarakat yang beragam.
Meski toleransi harus diajarkan di setiap kesempatan dalam kehidupan sehari-hari, buku Kitu dibuat untuk menjadi conversation starter.
"Lewat cerita yang ringan dan relevan dengan dunia anak, kami berhadap buku ini bisa menjadi alat untuk orangtua memulai percakapan mengenai perbedaan dan keberagaman dengan si kecil," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Suzy Hutomo, Chairwoman dari The Body Shop Indonesia, perusahaan kosmetika dan perawatan kulit yang menjadi sponsor dari peluncuran buku ini.
"Di era digital, arus informasi menjadi sangat deras dan bebas, hal ini membuat toleransi menjadi krusial dan memiliki tantangan baru," jelasnya.
The Body Shop kata Suzy, melihat toleransi sebagai spirit dari Defend Human Rights, yang merupakan salah satu value yang dibawa oleh Anita Roddick, pendiri The Body Shop dalam menjalankan bisnisnya.
"Sebagai seorang ibu, saya bersama suami menanamkan toleransi sebagai salah satu nilai utama yang diterapkan kepada anak-anak karena mereka hidup di era keberagaman yang sangat tinggi, borderless, dan membutuhkan toleransi sebagai nilai dasar dalam menjalani kehidupan sebagai warga dunia," tambahnya.
Buku dengan format paperback 32 halaman yang diterbitkan oleh penerbit Buah Hati ini dapat dibeli mulai 20 Juli di Gramedia, Gunung Agung, TMbookstore, Togamas, tokobaca.com, bukukita.com, dan Tokopedia.
Sumber: kompas.com